Selasa, 08 Desember 2009

Sejarah Papua Dalam NKRI Sudah Benar

Jumat, 21 Agustus 2009 | 06:20 WIB

JAYAPURA, KOMPAS.com--Sejarah masuknya Irian Barat (Papua) ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah benar sehingga tidak perlu dipertanyakan dan diutak-atik lagi.

Hal tersebut diungkapkan Tokoh Pejuang Papua, Ramses Ohee di Jayapura, Kamis menanggapi sejumlah kalangan yang masih mempersoalkan sejarah masuknya Papua ke dalam wilayah Indonesia yang telah ditetapkan melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969 silam.

Ramses menegaskan, ada pihak-pihak yang sengaja membelokkan sejarah Papua untuk memelihara konflik di Tanah Papua.

"Sejarah masuknya Papua ke dalam NKRI sudah benar, hanya saja dibelokkan sejumlah warga tertentu yang kebanyakan generasi muda," ujarnya.

Lebih lanjut dijelaskannya, fakta sejarah menunjukkan keinginan rakyat Papua bergabung dengan Indonesia sudah muncul sejak pelaksanaan Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.

"Sayangnya, masih ada yang beranggapan bahwa Sumpah Pemuda tidak dihadiri pemuda Papua. Ini keliru, karena justru sebaliknya, para pemuda Papua hadir dan berikrar bersama pemuda dari daerah lainnya. Ayah saya, Poreu Ohee adalah salah satu pemuda Papua yang hadir pada saat itu," ujar Ramses.

Adapun mengenai pihak-pihak yang memutarbalikkan sejarah dan masih menyangkal kenyataan integrasi Papua ke dalam NKRI, Ramses tidak menyalahkan mereka karena minimnya pemahaman atas hal tersebut.

Menurutnya, hal yang perlu disadari adalah bahwa keberadaan negara merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga seharusnya disyukuri dengan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan di Papua.

Berdasarkan catatan sejarah, pada 1 Oktober 1962 pemerintah Belanda di Irian Barat menyerahkan wilayah ini kepada Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melalui United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA) hingga 1 Mei 1963. Setelah tanggal tersebut, bendera Belanda diturunkan dan diganti bendera Merah Putih dan bendera PBB.

Selanjutnya, PBB merancang suatu kesepakatan yang dikenal dengan "New York Agreement" untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Irian Barat melakukan jajak pendapat melalui Pepera pada 1969 yang diwakili 175 orang sebagai utusan dari delapan kabupaten pada masa itu.

Hasil Pepera menunjukkan rakyat Irian Barat setuju untuk bersatu dengan pemerintah Indonesia.

sumber :
http://oase.kompas.com/read/xml/2009/08/21/06205938/sejarah.papua.dalam.nkri.sudah.benar



Minggu, 06 Desember 2009

Kembali ke RI, Sesepuh Papua Raja Nicolaas Jouwe Tinggalkan Belanda

Eddi Santosa - detikNews

Wassenaar - Sesepuh Papua Nicolas Jouwe yang sudah hampir 50 tahun bermukim di Negeri Belanda akan segera kembali ke tanah air.

Keputusan untuk pulang itu dikemukakan Nicolas pada saat acara perpisahan yang diselenggarakan Dubes RI Den Haag J.E Habibie di Wisma Duta, Wassenaar, Sabtu (28/11/2009) malam atau Minggu pagi WIB.

Acara perpisahan tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun Nicolas yang ke-86, dihadiri sekurangnya 100 tamu undangan termasuk pejabat Kementerian Luarnegeri Belanda.

Dalam sambutan singkatnya, Dubes Habibie menyampaikan penghargaan kepada Nicolas Jouwe yang memilih pulang ke tanah air mewujudkan impiannya membangun negeri tercinta Indonesia.

"Pemerintah RI dalam hal ini sepenuhnya membantu kelancaran kepulangan Bapak Nicolas Jouwe termasuk para keluarganya," papar Habibie.

Menurut Habibie, pihaknya sengaja menggelar acara perpisahan ini untuk menghormati sosok Nicolas Jouwe yang dia pandang teguh pendirian dan sejatinya mencintai Indonesia.

Tidak hanya itu, Nicolas Jouwe secara diam-diam ternyata juga pengagum berat Presiden SBY. "Bahkan dia juga hadir dalam momen penting pelantikan SBY sebagai Presiden RI di Gedung MPR/DPR pada Oktober 2009 lalu di Jakarta," ujar Minister Counsellor Pensosbud Firdaus Dahlan kepada detikcom.

Dilihat dari tutur bahasanya, meskipun sudah berusia senja Nicolas Jouwe masih sangat runtut dalam berkata, pikirannya masih jernih, tegas dan bahkan juga piawai melantunkan pantun-pantun menarik untuk menyatakan kehendak hati.

"Sosok Nikolas sepertinya juga sangat pas dengan Dubes Habibie yang senang berpantun dalam berdiplomasi," imbuh Firdaus.

Sementara itu, Nicolas Jouwe yang merasa sangat terharu menyampaikan terimakasih dan penghargaan tinggi kepada Pemerintah RI.

"Terutama kepada Dubes Habibie yang semenjak dari awal dengan gigih membantu proses kepulangan dan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait di tanah air," demikian Nicolas.

Direncanakan Nicolas Jouwe akan meninggalkan Negeri Belanda pada pekan pertama Desember 2009 ini.


Sumber : http://www.detiknews.com/read/2009/12/01/101801/1251658/10/kembali-ke-ri-sesepuh-papua-raja-nicolaas-jouwe-tinggalkan-belanda