Rabu, 20 Januari 2010

Nicolaas Youwe: Papua adalah Bagian Integral RI

Tokoh Papua Nicolaas Youwe yang sudah 46 tahun berada di Belanda akhirnya memutuskan kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Republik Indonesia.

Senin (11/1), di Bandara Schiphol, Youwe yang didampingi Fabiolla Irianni Ohei, Staf Khusus Kepresidenan yang juga anggota tim penanganan bencana alam rawan pangan di kabupaten pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya, sempat memberikan keterangan kepada wartawan. Dubes RI untuk Belanda Junus Effendi Habibie juga menjelaskan mengenai riwayat Nicolaas Youwe.

Berikut petikan wawancara dengan Youwe.

Sekitar 46 tahun Anda berjuang untuk mengibarkan Bendera Bintang Kejora bagi kemerdekaan Papua lepas dari Republik Indonesia.

Correct (benar),” potong Nicolaas Youwe.

Namun hari ini (Senin, 11/1) beberapa jam lagi Anda akan kembali ke Nusantara sebagai warga negara Indonesia. Bagaimana penjelasan dan perasaan Anda saat ini?

Saya sangat bergembira, karena saya akan kembali ke tanah airku – Indonesia. Bagi saya masalah yang dihadapi oleh masyarakat Papua, sama dengan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Apa yang dirasakan oleh Papua, juga dirasakan di Aceh atau di Batak, atau di Kalimantan. Karena Papua adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia.

Ada usaha sementara pihak untuk mewujudkan/memperjuangkan adanya dialog antara pemerintah pusat dengan berbagai kelompok yang berjuang untuk memisahkan Papua dari RI. Komentar Anda?

Dialog yang dimaksudkan, yang dicita-citakan itu tidak lain dari pada pertukaran pendapat di antara anggota-anggota keluarga. Indonesia itu terdiri dari suatu familie (keluarga) yang besar. Jadi pertukaran pendapat atau dialog antara keluarga itu akan terus terjadi. Kalau dimaksudkan dengan suatu dialog untuk cerai-beraikan satu bangsa (Indonesia) itu yang terjadi, maka hal itu tidak akan ada, tidak akan diikuti dan juga tidak akan dipraktekkan.

Bagaimana dengan kegiatan Anda di gerakan separatis Papua?

Mengenai gerakan separatis Papua itu, karena diajak. Anda tahu. Setelah kemerdekaan Indonesia diploklamirkan dan Indonesia berdaulat dari Sabang sampai ke Merauke di dunia ketika itu sengaja dipecahkan. Sengaja dijauhkan dari Indonesia yang sudah diproklamirkan kemerdekaannya oleh Sukarno-Hatta. Dan dipupuk berdasarkan penentuan-penentuan yang dikutip dari Piagam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Pada tahun 1955 diorganisir satu konferensi Asia Afrika di Bandung, yang menelorkan Bandung Charter, Dasasila Bandung.

Sekitar lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1961 Bandung Charter itu dipraktekkan. Orang yang tadi-tadinya menjadi Sekretaris dari Komisi Politik dalam Konferensi AA di Bandung itu diangkat menjadi Sekretaris Jenderal dari PBB, yaitu U Thant dari Birma. Dia mengajukan dengan sendirinya Deklarasi mengenai Pemberian Kemerdekaan kepada Wilayah-wilayah yang Belum Berpemerintahan Sendiri. Jadi pemerintah Belanda pegang itu dan memaklumkan kepada kami orang-orang Papua: “Kamu ada kans merdeka”. Sebab di artikel 3 dari Deklarasi itu dikatakan, “kekurangan di segi-segi politik, ekonomi, sosial dan pendidikan, tidak boleh dijadikan dalih untuk menghambat kemerdekaan”.

Tetapi satu kekeliruan, bahwa artikel 3 dari Deklarasi itu diambil oleh pemerintah Belanda dan dimasukkan pada Papua punya hak, yang berdasarkan artikel 3 ini untuk menjadikan Papua merdeka. Tetapi dalam Deklarasi tersebut ada tujuh artikel. Kenapa pemerintah Belanda hanya mengambil artikel 3 itu saja dan enam artikel lainnya ditinggalkan. Hal ini mengherankan sekali. Kenapa artikel 3 ini yang diambil untuk memerdekakan Papua sendiri di luar Indonesia. Ini juga tidak adil. Sebab kalau begitu, seluruh Deklarasi itu mesti ditiadakan.

Dan oleh karena itu diselenggarakanlah Pepera di 8 Kabupaten Papua (Irian Barat). Semuanya memilih dengan suara bulat, bahwa Irian Barat merupakan bagian mutlak dari Republik Indonesia. Dan berdasarkan Resolusi PBB No. 2504 pada Sidang Umum PBB 19 November 1969, dengan 82 negara yang setuju, melawan nol (tidak ada yang tidak setuju), dan 30 negara abstain menunjukkan, bahwa dunia Internasional sudah mengakui keabsahan Pepera 1969. Dan jelaslah bahwa Papua adalah bagian integral dari Republik Indonesia. Dan Indonesia sudah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 yang diproklamirkan oleh Sukarno-Hatta. Dan rakyat Papua seluruhnya menyatakan, bahwa kami mau hidup selama-lamanya di dalam Republik Indonesia sebagai satu bangsa yang merdeka, yang berwilayah dari Sabang sampai ke Merauke. Amin!

Apa jadwal kegiatan Anda dalam waktu dekat ini setelah tiba di tanah air?

Jadwal kegiatan yang terdekat setelah tiba di tanah air adalah mengurus rumah tangga dulu lah. [asa]

Keterangan foto:
Dubes Junus Effendi Habibie mengucapkan selamat jalan kepada Nicolaas Youwe yang siap berangkat ke tanah air, Senin (11/1). (Foto: Rakyat Merdeka Online
 
Sumber : http://www.rakyatmerdeka.co.id/hetbericht/hal/1/view/64/SEPARATISME--Nicolaas-Youwe:-Papua-adalah-Bagian-Integral-RI-

1 komentar:

  1. David says :
    Tampaknya saudara-saudara kita di Papua dan juga sebagian besar rakyat Indonesia tidak mengetahui sejarah bergabungnya Papua dengan Indonesia. Mudah-mudahan setelah ini rakyat Papua menyadari bahwa mereka memang merupakan bagian dari Indonesia

    BalasHapus